![]() |
Ilustrasi |
Kades Balai Buntar, Alamsiar ketika dihubungi via ponselnya kemarin membenarkan peristiwa ini. Menurut Kades, saat tersambar petir, korban langsung berteriak. Teriakan korban membuat istrinya, Indah yang berada di dalam pondok langsung keluar. Saat itu terlihat korban sudah tertelungkup dalam posisi punggung hingga kedua kaki mengelupas. Oleh Indah, tubuh suaminya dibawa ke dalam pondok dan dibaringkan.
Melihat kondisi suaminya yang sudah mengkhawatirkan, Indah lalu pulang ke desa guna meminta pertolongan warga. Bersama warga datang, barulah korban dievakuasi keluar kebun. “Proses evakuasi juga cukup sulit sebab jarak antara kebun korban dengan desa sekitar 30 menit perjalanan. Sementara kondisi korban saat dibawa sudah sangat kritis,” ungkap Kades.
Ditambah lagi, lanjutnya, kedua kaki korban tak dapat digerakkan hingga akhirnya korban dibawa menggunakan tandu sampai ke lokasi mobil bisa masuk. Barulah setelah itu korban dibawa menggunakan mobil menuju Rumah Sakit Bunda di Lubuklinggau.
Namun sayang meski sempat mendapat penanganan intensif selama 21 jam dari tim medis rumah sakit, nyawa korban tetap tak tertolong. "Pukul 15.00 WIB tadi ada salah seorang keluarga korban menghubungi jika korban sudah meninggal. Kondisi korban memang sudah sangat parah. Air seni korban saat buang air menggunakan selang sebelum meninggal sudah berwarna hitam. Kuat dugaan luka bakar yang dialami korban sudah sangat parah," tandas kades. (wsa)